Kebangkitan komunisme
di era presiden jokowi menjadi topik hangat masyarakat kita hari ini, di tengah
beragam masalah sosial yang dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat indonesia
isu tersebut mampu memperkeruh penderitaan bangsa ini. Adu serang argumen serta
manipulasi informasi membuat jati diri masyarakat dalam keadaan anomi, belum
lagi isu ini mampu diakses oleh beragam kalangan dan usia lewat media sosial
yang tersedia disetiap Gadget
pemiliknya.
Jelas hal ini bukan-lah
perkara enteng, munculnya isu HOAX yang mudah dipercaya membentuk kesenjangan
antara fakta sejarah dan prespektif suatu kejadian lewat sejarah. Sehingga
secara gamblang kita mampu menelusuri isu komunisme lewat media sosial tanpa
harus mengetahui keabsahannya.
Tak hanya itu,
karakteristik masyarakat kita yang selalu mengedepankian primodialisme dan
etnosentrisme menghadirkan perkara yang lebih parah lagi dalam isu komunisme
kali ini, hal tersebut dapat kita telisik dari pendapat warga indonesia yang
masih memegang erat dendam lama 30 september 1965. Namun yang menjadi pergunjingan
dalam menyikapi komunisme tak kala isu tersebut kembali digulirkan secara
serentak masyarakat menjadi buas dan liar memandang perkara tanpa ada landasan
dasar yang empiris. Lucunya ketika salah
satu Nettizen berhasil menghakimi
idelogi komunisme adalah hantu nyata, mereka tak mempunyai info yang valid dan
mampu dipertanggung jawabkan dari mana mereka mendapatkan kajian bahaya laten
komunis. Lalu setelah itu tak segan-segan mereka me-repost asumsi tersebut sehingga lambat laun seakan-akan argumen
atau gambar yang ditampilkan adalah riset yang telah diuji kebenaranya.
Bukan tanpa sebab jika
penulis sedikit menyindir antusiasme masyarakat dalam menyikapi komunis, hanya
saja perlu pandangan yang jernih dalam memahami isu global yang secara sengaja
menggiring prespektif kita. Selain itu pemahaman lewat media sosial soal
komunisme perlu kita kaji kembali dengan membaca dari beragam sumber dan kita
uji kembali hal tersebut lewat riset kecil, sehingga masyarakat menjadi cerdas
dalam memahami kebenaran suatu isu yang sedang viral dibicarakan.
Selanjutnya harapan
penulis kepada masyarakat yang sudah menonton penghiatanan G30SPKI lewat media
sosial, jangan sampai kita menjadi warga internet yang terburu-buru dalam
menggulung isu, menggoreng isu, hingga memakan isu. Kebencian tentang komunisme
harus kita lanjutkan secara ideologi tetapi penyikapan yang baik serta
informasi yang valid dan dapat diuji keabsahannya haruslah jadi budaya yang
didifusi, sehingga ketika banyaknya pro dan kontrak dalam memahami sebuah
problematika kita sudah yakin bahwa sebuah kebenaran akan terungkap jika rasa
sabar dan mau mengkaji menjadi pilihan pertama dibanding mempercayai media
sosial yang sedang viral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar