Senin, 10 September 2018

Bermesraan Lewat Mimpi


Bagaimana cara mebahagiakan diri dalam kepungan permasalahan, maka saya akan menjawab bermimpilah. Mimpi itu tak mahal, oleh karenanya banyak orang suka untuk bermimpi. Lewat mimpi kita dapat menaruh setitik bahkan segunung harapan dimasa depan, apa yang kita harapkankan, apa yang kita butuhkan, hingga apa yang kita damba-dambakan. Sejatinya tujuan mimpi adalah coretan yang harus digapai kelak, sehingga ada semacam usaha yang harus dilakukan sebagai bentuk proses dalam merealisasikan mimpi tersebut. 

Mimpi juga menjadi kenangan yang indah ketika masa lalu telah usang termakan oleh waktu, bersuka ria, bersuka cita, ataupun bersedih atas apa yang dilakukan oleh diri ini adalah cara-cara mendapatlan sedikit memori bahwa sesungguhnya mereka dan kita pernah ada. Eloknya lagi, lewat mimpi manusia seakan diberikan arah bagaimana mengatasi problematika diri dan keumatan. Jika anda tak percaya cobalah tengok kisah nabi Yusuf As, dimana dia diberi karomah lewat mimpinya oleh Allah untuk menyelesaikan masalah pangan saat itu. Selain nabi Yusuf, Rasul kita Nabi Muhammad SAW diberikan pula karomah dalam mimpinya ketika beliau akan dicelakai oleh seorang dukun yahudi. 

Begitu dahsyatnya kekuatan mimpi membuat kita seolah memiliki power dalam menjalani kaset-kusutnya kehidupan, tak salah ketika seorang yang bijak berkata bahwasanya “bermimpilah setinggi langit” hal ini lantas menandakan pentingnya arti dari mimpi. Lewat mimpi seorang anak pemulung yang hanya berpenghasilan 20 ribu untuk satu harinya mencukupi keluarga, lalu bermukim di gubuk kotor berhasil meraih kesuksesan menjadi seorang dokter. Kemudian, jika anda sekalian penikmat film mungkin pernah mendengan sebuah judul film dari India yaitu 3 Idiots. Dimana dalam film tersebut kita disuguhkan sesuatu yang takkan pernah terjadi namun diluar dugaan mereka menjadi seseorang yang berperangai dan sukses pula, padahal untuk beberapa hal bisa dibilang mereka adalah orang yang paling sulit menggapai apa yang harus digapai. Kembali tuhan menunjukan bahwa mimpi itu maha asik bagi umatnya yang mau berfikir.

Lantas sebagaimana kita tahu bahwasanya bermimpi itu mudah nan gratis, namun untuk mewujudkanya apakah sama dengan sistem kerja kita bermimpi ?, atau malah sebaliknya kita terbangun dalam mimpi yang sama dan masalah yang sama pula. Mengapa demikian, karena persoalan mimpi bukan soal rencananya, tetapi soal terwujudnya mimpi demi mimpi. Hal ini yang membedakan antara pemimpi dan pewujud mimpi. Secara komperhensif mimpi mampu berkorelasi dengan kenyataan ketika usaha menggalakan wujud dari abstrak menjadi realita yang telah tergapai. Jika kita melihat lagi film-film yang bertemakan motivasi, mimpi diwujudkan dari hasil usaha para aktornya ditengah rintangan yang harus dihadapi. Naruto merupakan contoh kecil dari sekian banyak film yang menegaskan tak ada kata menyerah dalam mimpi, bahkan ketika nyawa harus digantungkan maka gantungkan-lah sampai akhirnya mereka mewujudkan apa yang telah dielu-elukan.  Tapi ingatkah juga kalian pada Madara Uchiha yang mimpinya hanya sebatas mimpi dan malah menjadi penghambat terwujudnya mimpi orang sekitarnya. Itu-lah yang saya sebut sebagai pemimpi belaka, mereka tak sadar mereka masih di dunia khayalannya, mereka belum merasakan sakitnya jatuh dari langit, dan mereka tak tahu bahwa mereka hanya seorang pecundang yang terlalu sibuk memikirkan mimpinya tanpa sebuah usaha.