Bagaimana
cara mebahagiakan diri dalam kepungan permasalahan, maka saya akan menjawab
bermimpilah. Mimpi itu tak mahal, oleh karenanya banyak orang suka untuk
bermimpi. Lewat mimpi kita dapat menaruh setitik bahkan segunung harapan dimasa
depan, apa yang kita harapkankan, apa yang kita butuhkan, hingga apa yang kita
damba-dambakan. Sejatinya tujuan mimpi adalah coretan yang harus digapai kelak,
sehingga ada semacam usaha yang harus dilakukan sebagai bentuk proses dalam
merealisasikan mimpi tersebut.
Mimpi
juga menjadi kenangan yang indah ketika masa lalu telah usang termakan oleh
waktu, bersuka ria, bersuka cita, ataupun bersedih atas apa yang dilakukan oleh
diri ini adalah cara-cara mendapatlan sedikit memori bahwa sesungguhnya mereka
dan kita pernah ada. Eloknya lagi, lewat mimpi manusia seakan diberikan arah
bagaimana mengatasi problematika diri dan keumatan. Jika anda tak percaya
cobalah tengok kisah nabi Yusuf As, dimana dia diberi karomah lewat mimpinya
oleh Allah untuk menyelesaikan masalah pangan saat itu. Selain nabi Yusuf,
Rasul kita Nabi Muhammad SAW diberikan pula karomah dalam mimpinya ketika
beliau akan dicelakai oleh seorang dukun yahudi.
Begitu
dahsyatnya kekuatan mimpi membuat kita seolah memiliki power dalam menjalani
kaset-kusutnya kehidupan, tak salah ketika seorang yang bijak berkata
bahwasanya “bermimpilah setinggi langit” hal ini lantas menandakan pentingnya
arti dari mimpi. Lewat mimpi seorang anak pemulung yang hanya berpenghasilan 20
ribu untuk satu harinya mencukupi keluarga, lalu bermukim di gubuk kotor
berhasil meraih kesuksesan menjadi seorang dokter. Kemudian, jika anda sekalian
penikmat film mungkin pernah mendengan sebuah judul film dari India yaitu 3 Idiots. Dimana dalam film tersebut
kita disuguhkan sesuatu yang takkan pernah terjadi namun diluar dugaan mereka
menjadi seseorang yang berperangai dan sukses pula, padahal untuk beberapa hal
bisa dibilang mereka adalah orang yang paling sulit menggapai apa yang harus
digapai. Kembali tuhan menunjukan bahwa mimpi itu maha asik bagi umatnya yang
mau berfikir.
Lantas
sebagaimana kita tahu bahwasanya bermimpi itu mudah nan gratis, namun untuk
mewujudkanya apakah sama dengan sistem kerja kita bermimpi ?, atau malah
sebaliknya kita terbangun dalam mimpi yang sama dan masalah yang sama pula.
Mengapa demikian, karena persoalan mimpi bukan soal rencananya, tetapi soal
terwujudnya mimpi demi mimpi. Hal ini yang membedakan antara pemimpi dan
pewujud mimpi. Secara komperhensif mimpi mampu berkorelasi dengan kenyataan
ketika usaha menggalakan wujud dari abstrak menjadi realita yang telah
tergapai. Jika kita melihat lagi film-film yang bertemakan motivasi, mimpi
diwujudkan dari hasil usaha para aktornya ditengah rintangan yang harus
dihadapi. Naruto merupakan contoh kecil dari sekian banyak film yang menegaskan
tak ada kata menyerah dalam mimpi, bahkan ketika nyawa harus digantungkan maka
gantungkan-lah sampai akhirnya mereka mewujudkan apa yang telah
dielu-elukan. Tapi ingatkah juga kalian
pada Madara Uchiha yang mimpinya hanya sebatas mimpi dan malah menjadi
penghambat terwujudnya mimpi orang sekitarnya. Itu-lah yang saya sebut sebagai
pemimpi belaka, mereka tak sadar mereka masih di dunia khayalannya, mereka
belum merasakan sakitnya jatuh dari langit, dan mereka tak tahu bahwa mereka
hanya seorang pecundang yang terlalu sibuk memikirkan mimpinya tanpa sebuah
usaha.