"Maka tak heran jika dampak pada kecintaan pada tanah air bisa dibilang sangat sulit, karena bagaimana bisa cinta jika kita tak mengenal hal yang paling fudamental dalam sebuah negara."
Mendengar kata
pancasila mungkin bagi kita bukan hal yang baru lagi, dari semenjak kita
bersekolah di tingkat PAUD/TK hingga dalam dunia perkerjaan kita selalu dikenalkan
dengan pacasila. Tidak hanya itu pola doktriknisasi dari gambar-gambar yang
selalu tertempel di dinding-dinding hingga saat upacara bendera menjadi
tendensi yang kuat dalam proses
pengenalan pancasila. Sampai pada akhirnya rata-rata warga negara Indonesia
khususnya warga pulau jawa sudah sangat kenal betul apa itu pancaslia.
Namun yang sangat
disayangkan adalah ketika proses sosialisasi pancasila kepada masyarakat yang
berlangsung begitu lama tidak dimbangi dengan pemahamanya yang merata. Bahkan suatu
ketika saat penulis masih remaja, penulis melihat ada seorang lelaki dewasa
yang sampai belum hafal butir-butir pancasila itu apa saja. Ironinya, hal
tersebut baru di daerah yang rata-rata berpendidikan dan hafal pancasila, lalu bagaimana
kabar tentang saudara kita di bagian timur Indonesia sana? mari kita sedikit
membahasnya, pengenalan pancasila di Indonesia bagian timur bisa dibilang tak
segencar di tanah jawa. Masih banyak yang belum hafal apa itu pancasila, entah
apa yang jadi penyebabnya mereka seakan hanya mengenal Indonesia hanya sebatas
dari judul yang megah. Argumen tersebut bukan tanpa dasar, banyaknya media yang
meliput dan juga rekan-rekan penulis yang pernah ekspedisi ke daerah timur
mengatakan hal serupa, yaitu “pancasila hanya hafal judulnya saja”.
Maka tak heran jika
dampak pada kecintaan pada tanah air bisa dibilang sangat sulit, karena
bagaimana bisa cinta jika kita tak mengenal hal yang paling fudamental dalam
sebuah negara. Jika penulis analogikan mana mungkin seorang muslim cinta
terhadap agamanya jika dia tida mengenal al-qur’an, atau bagaimana mungkin
seorang laki-laki mencintai seorang wanita jika dia belum mengetahui ciri fisik
bahwa dia wanita atau bukan. Hal ini pun hampir sama dengan konsep dasar kenapa
kita harus mengenal pancasila.
Apalagi akhir-akhir ini Indonesia sedang dirundung oleh isu disintegrasi yang bergejolak di setiap
daerah akibat dari perlakukan sekelompok orang, yang dimana kejadian seperti makin
menyulitkan penerapan pancasila kepada masyarakat. Padahal jika kita runutkan sejarah,
pancasila didasari dari berbagai golongan masyarakat yang saling terintegrasi,
selain itu pembentukanya-pun dihadiri dari beragam ideologi. Sehingga bisa
dibilang pancasila adalah sebuah falsafah bangsa yang membuat kita berbeda
dalam memahami negara kita sendiri dibanding negara lain. Hal ini dikarenakan
perencanaan pancasila yang sifatnya sangat mewakili ciri dari tiap daerah di
Indonesia, yang berati hal tersebut mencirikan sistem demokrasi yang
sesungguhnya. Berbeda dengan negara demokrasi yang lain dimana ideologi
bangsanya tak sepaham dengan kemajemukan masyarakatnya, contoh yang dapat kita
telisik yaitu negara amerika yang digadang-gandang negara paling demokrasi
sedunia, tetap saja pada pelaksanaanya mereka belum bisa mewadahi suara minoritas
dalam mendapatkan haknya. Oleh karenanya, kita patut berbangga memiliki
pancasila sebagai pandangan bangsa di tengah masyarakat yang multikulutural.
Setelah menganalisis
latar belakang lahirnya pancasila sebagai falsafah bangsa dan siapa saja yang
berperan, penulis malah mempertanyakan bagian mana yang membuat pancasila sulit
sekali untuk diterapkan secara massif sehingga masyarakat menjadi dangkal dalam
memahami dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Asumsi dasar memang
mengarah pada satuan pendidikan yang kurang mengedepankan pancasila sebagai
acuan idelogi kebangsaan, sehingga timbulah miss komunikasi dalam memahami
pancasila, gerakan radikalisme, dan sikap antipati. Tetapi penulis sendiri tak
pantas jika harus menyalahkan satu institusi saja, karena pada kenyataanya
setiap institusi sudah mengusahakan yang paling baik, seperti institusi
pendidikan yang selalu mengajarkan pancasila dikemas lewat pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Tidak itu saja, pembekalan lewat Bela Negara (BN)
yang juga merupakan upaya-upaya yang dilakukan dalam menanamkan pancasila sejak dini. Dan yang terbaru yaitu
momentum hari pancasila yang baru saja disahkan sebagai hari libur nasional oleh
presiden Jokowi sebagai salah satu upaya terbaru pemerintah kita dalam
memaksimalkan sarana yang ada. Sehingga penerapan pancasila tidak hanya
terbatas pada kegiatan formil saja, namun bisa dikemas dalam bentuk kegiatan yang lebih santai dan terbilang ringan, bisa juga seperti festival hari lahir pancasila atau kegiatan-kegiatan yang sifatnya mampu merangkul semua elemen masyarakat.
Selanjutnya, penulis
lebih menekankan pada penalaran dan upaya setiap individu dalam memaknai
pancasila dan hari pancasila itu sendiri, apakah akan menjadi momentum yang
baik untuk mentransformasi ilmu tersebut menjadi lebih baik atau hanya “stuck”
dalam lingkaran yang sama. Semua tergantung pada presisi dan persepsi kita
semua sebagai bangsa Indonesia yang menganut ideologi pancasila.